Scroll untuk baca artikel
Biru-dan-Merah-Geometris-Tebal-Berita-Terkini-Kabar-Ekonomi-Video-Seluler
Example floating
Example floating
Biru-dan-Emas-Modern-Tabligh-Akbar-Isra-Miraj-Banner-468-x-200-mm
Berita

Kenaikan Tarif Retribusi Alas Purwo menuai kontroversi

92
×

Kenaikan Tarif Retribusi Alas Purwo menuai kontroversi

Sebarkan artikel ini
Red-Gold-Festive-Happy-New-Year-2025-Greeting-Video-468-x-216-piksel-1

Banyuwangi, rajawalitujuhnews.com – Ramai beredar video di media sosial tentang luapan kekecewaan umat Hindu yang mau melakukan persembahyangan di Alas Purwo. Hal ini di picu oleh kenaikan toket masuk alas Purwo. Sabtu, 16/22/2024.

Video yang kini viral ini dan telah dilihat oleh ribuan orang serta memantik komentar beragam dari masyarakat. Video tersebut berisi ungkapan kekecewaan umat Hindu yang akan mengadakan persembahyangan di Alas Purwo, namun mereka kecewa imbas dari kenaikan  biaya masuk yang cukup signifikan. 

Coklat-Kuning-Minimalis-Promosi-Makanan-Ikan-Bakar-Cerita-Instagram

Sebelumnya biaya retribusi untuk masuk Alas Purwo  hanya lima ribu rupiah, kini dengan adanya peraturan baru biaya retribusi naik menjadi Rp 20.000 (dua puluh ribu rupiah), di hari kerja dan Rp 30.000(tiga puluh ribu rupiah) di hari libur. Hal ini jelas menimbulkan polemik, bisa di bayangkan ratusan bahkan ribuan umat Hindu ketika mereka akan beribadah di Alas Purwo mereka harus membayar retribusi yang tergolong mahal. 

Hal ini memantik simpati dari tokoh muda intelektual Nahdlatul Ulama, yang juga Sekretaris PC ISNU Banyuwangi, Fajar Isnaeni, SE. MM, “Bagaimana toleransi kita ketika bersembahyang saja harus berbayar mahal, kenaikan retribusi masuk ini harusnya di bedakan mana yang kategori ibadah dan mana yang berwisata,. Saudara saudara kita umat Hindu ini datang untuk melakukan persembahyangan, untuk berdoa, bukan sekedar berwisata. Kalau di lihat dari sudut pandang ibadah, tentu kenaikan retribusi ini perlu di tinjau ulang. Jangan kita yang hidup di negeri merdeka ini untuk beribadah saja harus berbayar. Keputusan kenaikan retribusi harusnya untuk para wisatawan saja, tapi jangan untuk umat yang melakukan ibadah ke alas Purwo,”jelasnya.

“Mari kita semua perlu wise dan bijak menyikapi aturan ini,”tegasnya.

Aktivis dan akademisi STAI Darul Ulum Banyuwangi yang kini juga sedang menempuh program Doktor ini menambahkan, “Meski kita semua tahu Alas Purwo adalah Taman Nasional, tapi kita juga harus faham dan tahu bahwa ada tempat peribadatan bagi umat Hindu, yang mana sering menjadi jujugan umat Hindu yang datang dari berbagai daerah terutama Bali untuk melakukan ibadah dengan melakukan persembahyangan di  Pura luhur Giri Salaka. Maka kami minta kepada pengelola Taman Nasional Alas Purwo untuk meninjau ulang aturan ini. Biarkan saudara kita umat Hindu beribadah dengan tenang tanpa harus ada pungutan retribusi yang naik. Harus kita bedakan mana yang datang untuk beribadah dan mana yang pure berwisata,”tuturnya.

Kenaikan tarif retribusi ini harus disikapi dengan baik dan bijak oleh para stakeholder yang ada agar tidak terus bergulir dan menjadi polemik yang berkepanjangan. (Tim).

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *