Scroll untuk baca artikel
Biru-dan-Merah-Geometris-Tebal-Berita-Terkini-Kabar-Ekonomi-Video-Seluler
Example floating
Example floating
Biru-dan-Emas-Modern-Tabligh-Akbar-Isra-Miraj-Banner-468-x-200-mm
News

Panas di Awal Ramadan, BMKG Sebut ada Jeda di Musim Hujan

55
×

Panas di Awal Ramadan, BMKG Sebut ada Jeda di Musim Hujan

Sebarkan artikel ini
Red-Gold-Festive-Happy-New-Year-2025-Greeting-Video-468-x-216-piksel-1

rajawalitujuhnews.com – Cuaca di wilayah Kabupaten Banyuwangi Selatan terasa berbeda dari hari biasanya pada awal Ramadhan. Cuaca yang sangat panas ini di rasakan oleh masyarakat dalam beberapa hari belakangan. Padahal, saat ini masih berada di musim hujan, Selasa (4/3).

Hujan yang biasanya turun setiap sore, belakangan ini tidak terjadi dan malah terik matahri yang menyengat. Padahal, prediksi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisikan (BMKG) Banyuwangi, puncak musim hujan baru terjadi pada Januari hingga Februari 2025.

Coklat-Kuning-Minimalis-Promosi-Makanan-Ikan-Bakar-Cerita-Instagram

“Dari pengamatan kami, Maret ini masih masuk musim hujan, puncaknya kan baru Februari lalu,” kata Prakirawan BMKG Banyuwangi, Agung Dwi Nugroho.

Agung menyebutkan bahwa kondisi panas yang terik selama Ramadan ini, tidak terjadi di Banyuwangi saja. Akan tetapi juga di beberapa daerah di Jawa Timur dan Bali. Hal ini, terjadi akibat gangguan cuaca.

“Kemarau ini lumrah, memang sedang ada gangguan cuaca sehingga massa udara dominan dari timuran,” sebutnya

Hal ini, memungkinkan terjadinya jeda musim kemarau di tengah musim hujan seperti yang terjadi saat ini. Kondisi tersebut, kemungkinan akan terjadi sekitar satu minggu bahkan lebih.

“Sehingga, bisa di katakan ini jeda. Di tengah musim hujan, terdapat kemarau. Tapi warga tidak perlu khawatir, ini lumrah dan kondisi cuaca biasa,” paparnya.

Menurut Agung, dari pengamatan musim hujan tersebut akan terjadi sampai April mendatang. Musim pancaroba dari hujan ke kemarau masih akan terjadi pada akhir April nanti.

“Dari prediksi kami, Maret dan awal April sudah akhir musim hujan,” tandasnya

Agung menjelaskan bahwa kondisi ini juga terjadi karena kondisi Eddy atau sirkulasi di atmosfer yang memiliki vortisitas dalam suatu area. Sehingga, di daerah tersebut cenderung banyak hujan. Biasanya kondisi Eddy ini banyak terjadi di wilayah Kalimantan.

“Massa udara dari Asia yang bersifat basah menjadi berbelok menuju Eddy tersebut. Sehingga terjadi Monsun Break atau jeda musim hujan ini untuk wilayah Jawa Timur, Bali, dan sekitarnya,” jelasnya.

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *