Scroll untuk baca artikel
Biru-dan-Merah-Geometris-Tebal-Berita-Terkini-Kabar-Ekonomi-Video-Seluler
Example floating
Example floating
Biru-dan-Emas-Modern-Tabligh-Akbar-Isra-Miraj-Banner-468-x-200-mm
News

Nelayan Libur Sementara Imbas Cuaca Buruk Di Banyuwangi

42
×

Nelayan Libur Sementara Imbas Cuaca Buruk Di Banyuwangi

Sebarkan artikel ini
Red-Gold-Festive-Happy-New-Year-2025-Greeting-Video-468-x-216-piksel-1

rajawalitujuhnews.com – Sudah sekitar empat hari para nelayan di Kabupaten Banyuwangi memilih untuk tidak melaut. Di karenakan cuaca buruk di tambah dengan hasil tangkapan yang turun. Sehingga, membuat mereka enggan mengambil risiko demi keselamatan.

Menurut informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat bahwa gelombang di perairan Selat Bali dan Samudera Hindia bagian selatan mencapai 2,5 hingga 4 meter. 

Coklat-Kuning-Minimalis-Promosi-Makanan-Ikan-Bakar-Cerita-Instagram

Kondisi ini di perparah dengan adanya kecepatan angin yang mencapai 85 kilometer per jam. Sehingga, membuat risiko pelayaran semakin besar.

“Sudah empat hari ini sandar dan tidak ada yang berlayar. Dari segi tangkapan, terakhir berlayar kemarin hanya dapat cumi-cumi itupun nggak sampai 1 kilogram,” kata Agus Pranomo. Salah satu nelayan di Kampung Mandar, Banyuwangi, Jum’at (14/2/2025).

Agus Pranomo yang akrab dipanggil Agus ini menceritakan, sebelumnya, dia dan para nelayan di Kampung Mandar terpaksa melaut lebih jauh untuk mencari ikan. Akan tetapi, semenjak adanya cuaca buruk, membuatnya melaut lebih jauh hingga ke wilayah perairan Gondol, Singaraja, Kabupaten Buleleng.

“Kemarin ini juga sampai ke perairan Pandean, Situbondo, demi menghindari cuaca buruk.” Cetus pria berusia 43 tahun itu.

Namun, meski sudah berusaha melaut lebih jauh, hasil tangkapan mereka tetap tidak stabil. Agus mengungkapkan bahwa dalam beberapa hari terakhir, dia hanya berhasil mendapatkan cumi-cumi kurang dari 1 kilogram saat melaut. Padahal, biaya operasional untuk sekali melaut mencapai hampir Rp 1 juta.

“Terakhir melaut kemarin, saya cuma dapat cumi-cumi, itu pun nggak sampai 1 kg. Harga cumi sekarang Rp75 ribu per kilo, tapi kalau hasil tangkapannya segitu, ya sama saja rugi,” keluh Agus.

Senada dengan Agus, Farid Akbar, yang juga nelayan di Kampung Mandar, Banyuwangi, mengungkapan bahwa cuaca buruk ini sangat memengaruhi pendapatan mereka sehari-hari.

“Kalau cuaca seperti ini terus, kami benar-benar kesulitan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Biaya operasional melaut saja sudah tinggi, apalagi kalau hasil tangkapan sedikit, ya pulang dengan tangan kosong,” ujar Farid.

Farid menambahkan, selain risiko keselamatan yang meningkat akibat cuaca ekstrem, para nelayan juga harus berhadapan dengan ketidakpastian hasil tangkapan. 

“Kalau laut lagi bergejolak begini, mau tidak mau kami harus istirahat dulu. Tapi masalahnya, kalau tidak melaut, otomatis tidak ada penghasilan,” tuturnya.

Sementara itu, nelayan lainnya, Sumarto (53), mengungkapkan bahwa meskipun perairan Banyuwangi di landa cuaca buruk, dia tetap nekat untuk berlayar demi memenuhi kebutuhan keluarga.

“Kalau saya prinsipnya Obah Disek (gerak terlebih dahulu). Misal nanti saat berlayar di landa cuaca yang buruk, ya kita menepi. Kalau hasilnya tidak seberapa, ya gimana lagi itu sudah rejekinya toh saya juga sudah berusaha,” ungkap pria yang sering di sapa Pak To itu.

Pak To mengakui bahwa risiko yang di hadapi saat melaut dalam kondisi cuaca seperti ini memang sangat besar. Dia juga mengungkapkan bahwa hasil tangkapan saat dia nekat melaut pun tidak seberapa. 

“Paling banter kemarin dapat Ikan Cendro dan Tongkol, itupun Cuma 35 Kilogram. Kalau di hitung-hitung, ya rugi. Akan tetapi daripada di rumah tanpa penghasilan sama sekali, lebih baik coba nasib di laut,” paparnya.

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *